Wayang thengul adalah salah satu kesenian khas Bojonegoro yang merupakan seni pertunjukan wayang tiga dimensi dimana wayangnya sendiri terbuat dari bahan kayu. Seni pertunjukan ini biasa dipentaskan pada acara adat masyarakat. Secara sepintas wayang thengul mungkin mirip dengan wayang golek yang ada di jawa barat. Namun ada sesuatu yang membedakan antara keduanya yakni dari ceritanya yang diangkat oleh kedua kesenian ini. Wayang golek mengangkat cerita dari kitab Ramayana dan mahabarata. Sedangkan wayang thengul mengangkat cerita tentang babat alas jawi atau cerita rakyat jawa. Cerita yang sering diangkat dalam wayang thengul antara lain adalah Anglingdharma, babad jipang, babad majapahit, cerita panji dll. Wayang thengul diperkirakan muncul pada tahun 1930-an.
Wayang
thengul diambil dari dua buah suku kata yakni, methentheng dan methungul. Kedua
kata ini memiliki makna yaitu methentheng yang berarti mengeluarkan tenaga
ekstra, lalu methungul yang berarti muncul, keluar, atau terlihat oleh
penonton. Sehingga kalau diterjemahkan secara Bahasa wayang thengul memilki
makna permainan wayang yang membutuhkan tenaga ekstra agar wayang tersebut
dapat dilihat oleh penonton atau dapat dinikmati oleh penonton. Dan dari hal
tersebut jika dihubungkan dengan kehidupan sehari- hari, maka dapat di
ibaratkan bahwa untuk mencapai suatu yang diinginkan atau sesuatu yang menjadi
target kita maka kita harus mengeluarkan tenaga semaksimal mungkin yang kmampu
dan juga dengan sebuah usaha yang keras. Kata methetheng melambangkan suatu
usaha dan kata methungul melambangkan sebuah hasil yang didapatkan.
Saat ini
wayang thengul telah mendapatkana predikat sebagai salah satu warisan budaya
tak benda nasional ( WBTB ). Adanya predikat ini tentunya akan lebih menguatkan
posisi wayang thengul sebagai budaya asli Bojonegoro yang telah diakui secara
nasional. Dan dengan sertifikat tersebut akan menjadi pelindung bagi pemkab
Bojonegoro dari upaya-upaya duplikasi atau pengakuan seni wayang thengul oleh daerah lain.
Namun
sayangya dimasa sekarang ini kesenian wayang thengul sudah mulai hilang dimakan
usia. Hal tersebut dapat dilihat dari pementasan wayang thengul yang sudah
mulai jarang ditemukan. Dan juga saat ini para pemuda enggan untuk belajar wayang
thengul. Faktor tersebut menambah mirisnya keadaan dikala jumlah dalang dan
pengrajin wayang thengul yang mulai berkurang dan para generasi muda yang tidak
mau untuk belajar budayanya.